Nim :
30600109031
Jurusan :
Ilmu Politik
Judul :
Perilaku Politik dalam Pilbup di Kabupaten Sinjai
(Studi Kasus di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan
Sinjai Timur )
A. Latar
Belakang
Reformasi
telah membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan politik
di indonesia, masyarakat sendiri masih mempunyai kapasitas yang relatif rendah
untuk bisa melayani segala perubahan tersebut.
Bagi
suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang sedang
membangun proses demokratisasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang
bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.[1]
1
|
Pemilihan
umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting
dalam kehidupan bernegara. Dalam pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk
memilih siapa wakilnya yang layak menduduki parlemen dan struktur pemerintahan.
Sistem politik di Indonesia sendiri telah menggunakan hak rakyat dalam
pemilihan presiden dan kepala daerah, dimana telah dilaksanakan sembilan tahun
yang lalu.
Dalam
pemilihan kepala daerah seperti gubernur dan bupati/walikota sejak Indonesia
merdeka hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat, maka
menurut ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 harus di lakukan pemilihan
langsung.[2]
Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) telah jalankan di kabupaten Sinjai, salah satunya
adalah pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati yang di laksanakan pemilihan
pada bulan Mei 2013, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) ini diharapkan
dapat membawa masyarakat kabupaten Sinjai ke arah yang lebih demokratis. Pesta
demokrasi ini sangat dirasakan oleh seluruh masyarakat di kabupaten Sinjai,
baik dari desa terpencil maupun kota.
Perubahan
konstelasi sistem pemilihan ini menyebabkan semua pihak terutama di kalangan
para politisi dan elit daerah harus memasang kuda-kuda dengan baik jika mau
ikut bertarung dalam pemilihan pimpinan daerah.[3]
Pemasaran
sosial berorientasi pada upaya untuk memasyarakatkan ide-ide sosial terutama
dalam hal perubahan perilaku masyarakat untuk menerima pembaruan. Oleh sebab
itu, politik yang berisi pemikiran pembaruan seperti demokrasi dan pembentukan
suatu sistem pemerintahan yang lebih baik (good
governance) dapat digolongkan sebagai produk sosial yang perlu
dimasyarakatkan ( disosialisasikan).[4]
Selain itu, perilaku
politik seseorang itu bisa berbeda-beda. Beberapa hal yang telah dijelaskan
diatas merupakan beberapa bentuk dari perilaku politik individu. Ikut serta dan
bergabung dalam partai politik juga merupakan bantuk dari perilaku politik. Hal
ini dikarenakan bahwa partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk
turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara dan menjalankan
kebijakan-kebijakan untuk negara. Perilaku pemilih dalam Pilbup itu sangat
penting, dikarenakan apabila pelaksanaan Pilbup itu berjalan sukses, maka tentu
saja perilaku pemilih itu sukses juga.
Perilaku politik
dan partisipasi politik pemilih merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Perilaku politik pemilih merupakan aspek penting dalam menunjang
keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Di dalam penelitian ini yang
ingin ditekankan ialah bagaimana perilaku politik dalam pelaksanaan kampanye,
keikutsertaan dalam kepartaian dan juga proses voting ataupun pemberian suara
dalam pemilihan umum baik tingkat nasional maupun tingkat lokal.
Fenomena
dan keadaan politik jelang diadakannya Pilbup ini, yang sangat nampak adalah
“adu strategi” yang di lakukan oleh masing-masing kandidat. Setiap kandidat
memiliki strategi khusus dan tersendiri untuk meraih simpati dan dukungan dari
para pemilih. Adu strategi yang dimaksud disini adalah suatu persaingan yang dilakukan
para kandidat melalui berbagai macam cara, salah satunya mendirikan posko-posko
yang diperdiksikan akan menjadi pemenang di daerah tertentu.
Penetapan
strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan pemenangan secara hati-hati
dalam kampanye, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru maka hasil yang
diperoleh akan mengakibat fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi dan
tenaga. Selain itu para kandidat juga harus bisa membaca perilaku laku pemilih
di suatu daerah tertentu untuk bisa meraih kemenangan di suatu tempat yang
menjadi sasaran utama lokasi kemenangan.
Dalam suatu
kehidupan bernegara dan juga bermasyarakat, dibutuhkan suatu bentuk partisipasi
sebagai wujud dari kebersamaan dan keikutsertaan dalam proses politik tersebut.
Partisipasi politik pada dasarnya adalah aspek penting dalam negara demokrasi
dan juga menjadi penanda adanya modernisasi politik.
Dari
uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan
hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Perilaku Politik dalam Pilbub di
Kabupaten Sinjai (Studi Kasus di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai
Timur ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang
perlu mendapat gambarkan yang jelas yaitu :
1. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai
?
2. Bagaimana perilaku politik masyarakat kecamatan sinjai utara dan
timur dalam Pilbup periode 2013-2018 ?
3. Bagaimana perilaku politik kaum elit kecamatan sinjai utara dan
timur dalam Pilbup periode 2013-2018 ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Pada
dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh informasi
yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun tujuan
penelitian sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui expreasi
masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai.
2.
Untuk mengetahui perilaku
politik masyarakat di kabupaten Sinjai dalam Pilbup.
3.
Untuk mengetahui perilaku
politik kaum elit kecamatan sinjai utara dan timur dalam Pilbup periode
2013-2018.
Adapun
manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Akedemis
a.
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan teori ilmu
politik, khususnya perilaku politik.
b.
Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pedoman untuk peneliti selanjutnya.
2. Praktis
a.
Penelitian ini diharapkan
dapat memperjelas tentang perilaku politik dalam pembangunan perpolitikan di
Indonesia.
b.
Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi pedoman para aktor politik tentang perilaku politik yang terjadi
di Indonesia khususnya kabupaten Sinjai.
D. Telaah Pustaka
Telaah pustaka memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari
duplikasi. Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum
pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan
posisi penelitian yang dilakukan oleh
yang bersangkutan. Dengan kata lain, tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan
posisi penelitian diantara penelitian-penelitian yang telah ada.[5]
Studi tentang perilaku politik sudah banyak diterbitkan dan
ditemukan, namun sampai saat ini belum ada yang membahas tetang perilaku
politik dalam Pilbup di kabupaten Sinjai. Selain itu, lokasi dan tempat
penelitian berbeda dengan skripsi-skripsi yang telah ada. Adapun beberapa buku
referensi dan karya ilmiah yang berkaitan dengan perilaku politik adalah:
Fera Hariani Nasution[6],
dari skripsinya yang berjudul “Perilaku Pemilih Pada Pemilihan Gabernur Sumatera Utara Secara
Langsung di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus: di Kelurahan Bakaran Batu,
Kabupaten Labuhan Batu”, dari Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsinya
mengatakan dalam Pilkada secara langsung di Kabupaten Labuhan Batu khususnya
Bakaran Batu berlangsung dengan sportiv, masyarakat kelurahan Bakaran Batu
tidak terpengaruh dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Politik Uang. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, Fera Hariani Nasution menunjukan bahwa dalam Pilkada
secara langsung di Kabupaten Labuhan Batu Kelurahan Bakaran Batu, terdapat
hubungan yang cukup kuat antara orientasi kandidat dan orentasi isu dengan
perilaku pemilih.
Muhammad Sholeh Marsuki,[7]
dalam skripsinya berjudul Perilaku Politik Praktis Din Syamsuddin dalam
Perspektif Khittah Muhammadiyah, dari
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Muhammad Sholeh Marsuki
mengatakan bahwa Perilaku politik praktis yang telah dilakukan oleh Din
Syamsuddin adalah merupakan peran induvidu, yang sangat terkait erat dengan kelembagaan
yang dipimpinnya yaitu Muhammadiyah. Muhammadiah secara jelas menolak perilaku
politik praktis yang dilakukan oleh kadernya yang membawa nama Muhammadiyah
kedalam ranah politik praktis. Kittah Muhammadiayah
yang dirumuskan dalam berbagai format sejak tahun 1956-2002 merupakan formulasi
dari posisi dan peran Muhammadiyah yang sejak awal kelahirannya hingga perkembangannya
merupakan organisasi yang bergerak dibidang dakwah dan bukan bergerak dalam
wilayah politik praktis.
Cice Verawati R. L.[8]
Dalam skripsinya yang berjudul “Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu
Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara” dari Universitas Hasanuddin
Makassar, mengatakan perilaku politik perempuan dalam hal ini
pilihan politik perempuan, kerangka konseptual dimasukkan teori pilihan
rasional serta pendekatan sosiologis dan psikologis dalam melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi pilihan politik perempuan. Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada pemilihan legislatif tahun 2009 di Kabupaten Kolaka
Utara, kondisi tiap perempuan tidaklah sama. Terdapat perempuan yang
menggunakan hak pilihnya berdasarkan informasi dan rasionalitas. Selain itu
terdapat pula perempuan yang menggunakan hak pilihnya tapi memiliki informasi
yang sangat minim terhadap pemilihan ini. Pilihan politik perempuan dipengaruhi
oleh berbagai faktor sosial, proses sosialisasi dan kepentingan juga
mempengaruhi pilihan politik perempuan.
SP.Varma[9]
dalam bukunya yang berjudul Teori Politik Modern (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2010) dalam buku ini beliau secara kritis menyoroti berbagai pernyataan
teori politik kontenporer, menafsirkan secara menyeluruh apa yang dicapai dan
memberi batasan terhadap “Revolusi Behavioral” serta meninjau secara objektif
sejumlah paradikma utama dan kerangka konseptual yang diambil dari disiplin
lain. Di samping itu, ia juga melacak
berbagai segi menonjol dari elaborasi model-model yang diketengahkan para
ilmuwan politik terkemuka di berbagai tempat. Premis-premis utama mereka dibedah,
sehingga pertalian intelektual dalam karya mereka mencuat dengan jelas.
Mariam Budiardjo[10]
Dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik, membahas tentang
konsep-konsep seperti politik, kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Mariam Budiardjo
juga berpendapat dalam bukunya bahwa ilmu politik adalah ilmu yang dinamis dan
berubah secara cepat, dikarenakan objek studi dari ilmu ini adalah manusia.
Manusia adalah makhluk cerdas yang banyak melakukan terobosan baru dan
perubahan yangg terkadang tidak dapat dipetakan dalam suatu ilmu eksak,
mengingat manusia, dalam cakupan sosial, budaya, politik, dan banyak aspek
lainya, akan selalu berkembang seiring berlalunya waktu.
Oleh
karena Ilmu politik adalah ilmu yang dinamis, banyak perumusan general didasari
oleh identifikasi pola-pola ulangan (recurrent patterns). Suatu identifikasi
yang dilakukan para ahli dengan menengok kepada berjalannya peristiwa-peristiwa
politik yang terjadi di masa lalu dan memiliki pola yang cenderung berulang.
Sehingga dapat memberikan dasra perkiraan tentang apa yang kemungkinan terjadi
pada dunia politik di masa depan. Siklus tersebut dapat ditentukan dengan
melihat pola-pola yang terjadi di dalam sejarah.
Pola yang juga kerap kali dilakukan oleh para ahli adalah pendekatan tingkah laku (behavioral approach). Sebuah pendekatan yang megacu pada pengalaman empiris sesuai dengan kerangka teoritis yang terperinci dan ketat. Pendapat dan teori para ahli harus sangat diperhatikan dalam perumusan ini, dengan banyak melihat ranah teori-teori yang telah lama ada, sehingga identifikasi ilmu akan semakin jelas dan lengkap.
Pola yang juga kerap kali dilakukan oleh para ahli adalah pendekatan tingkah laku (behavioral approach). Sebuah pendekatan yang megacu pada pengalaman empiris sesuai dengan kerangka teoritis yang terperinci dan ketat. Pendapat dan teori para ahli harus sangat diperhatikan dalam perumusan ini, dengan banyak melihat ranah teori-teori yang telah lama ada, sehingga identifikasi ilmu akan semakin jelas dan lengkap.
Rafael
Raga Maran[11]
dalam bukunya yang berjudul Penghantar Sosiologi Politik, Rafael dalam bukunya
mengatakan Sosiologi Politik adalah Salah satu cabang dari sosiologi, yang
mempelajari dimensi sosial dari politik. Karena terdiri dari dua kata-
Sosiologi dan Politik- yang masing-masing mengacu pada bidang kajian tertentu,
maka baiklah pengertian kedua kata itu terlebih dahulu diperhatikan.[12]
Selain itu, dalam bukunya juga melakukan kajian atas problema-problema sosial
politik yang bertolak dari eksistensi manusia sebagai individu yang
memasyarakat dan menegara. Sosiologi politik juga selalu memfokuskan perhatian
pada pengaruh kelompok sosial tertentu atau masyarakat terhadap kebijakan
publik oleh pemerintahan atau terhadap norma-norma rezim. Dalam buku ini juga
mengkaji tentang gerakan sosial dan partai politik, tipe sistem poltik,
perubahan politik dan konflik, sosialisasi dan partisipasi politik, komunikasi
politik integrasi nasional serta negara dan kekuasaan politik.
Sebenarnya masih banyak pustaka yang belum disebut disini,
terutama pustaka yang membahas tentang perilaku politik secara umum. Namun yang
berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan difokuskan dalam penelitian ini,
kiranya sudah memadai, sungguh demikian pustaka yang disebut diatas jelas belum
ada yang khusus membicarakan perilaku politik dalam Pilbup.
E. Kerangka
Teori
Bagian ini
merupakan unsur yang paling penting dalam penelitian, karena pada bagian ini
peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan mengunakan
teori-teori yang relevan dengan penelitiannya.
Menurut
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial
mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi dan
preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial sistematis dengan cara
merumuskan hubungan antar konsep.[13]
1.
Perilaku
Politik (behavioralis)
Pendekatan
perilaku sendiri muncul dan berkembang dalam masa sesudah Perang Dunia II.
Gerakan ini terpengaruh oleh karya-karya sarjana sosialogi Max Weber dan
Talcott Parsons, di samping penemuan-penemuan baru di bidang psikologi. Para
sarjana ilmu politik yang terkenal karena pendekatan perilaku politik ini
adalah Gabriel A. Almond (structural
functional analysis), David Easton (general
systems analysis), Karl W. Deutsch (communications
theory), David Truman, Robert Dahl, dan sebagainya. Salah satu pemikiran
pokok dari para pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa perilaku politik, atau
kekuasaan, atau keyakinan politik. [14]
Harold
d. Lasswell yang dikutip oleh S.P. Varma, memberikan catatan penting mengenai
perilaku politik yaitu:[15] Pertama, perilaku politik selalu
berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan. Nilai dan tujuan
dibentuk dalam proses perilaku politik, yang sesungguhnya merupakan suatu
bagian. Kedua, perilaku politik bertujuan
menjangkau masa depan, bersifat mengantisipasi, berhubungan dengan masa lampau,
dan senantiasa memerhatikan kejadian masa lalu.
Dari
dua catatan perilaku politik tersebut, jelas bahwa perilaku politik memiliki
dimensi orientasi, dimensi nilai, dandimensi waktu. Dimensi orientasi
menunjukkan harapan-harapan individu atau kelompok yang hendak dicapai; dimensi
nilai lebih menunjukkan suatu hal, baik abstrak maupun konkret yang diperbuat,
dirumuskan, dilaksanakan, dan diperebutkan; sedangkan dimensi waktu menunjukkan
adanya keterkaitan langsung antara perilaku politik sekarang, latar belakang
perilaku politik sebelumnya, serta berhubungan langsung dengan perilaku politik
yang akan berkembang pada masa akan datang. Dari ketiga dimensi tersebut, dimensi
orientasi dan nilai lebih baiak menunjukkan bahwa perilaku politik dirumuskan
sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan
keputusan politik.[16]
Selain
itu, perilaku politik juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkenaan
dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Selain itu perilaku
politik adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam
kegiatan politik, mengemukakan bahwa perilaku politik adalah sebagai kegiatan
yang berkenaan dengan proses pembuatan dan keputusan politik.
Perilaku
politik merupakan salah unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping
perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain seperti perilaku
organisasi, perilaku budaya, perilaku konsumen/ekonomi, perilaku keagamaan dan
lain sebagainya.[17]
Perilaku
politik meliputi tanggapan internal seperti persepsi, sikap, orientasi
dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti pemberian suara, protes,
lobi dan sebagainya. Persepsi politik berkaitan dengan gambaran suatu obyek
tertentu, baik mengenai keterangan, informasi dari sesuatu hal, maupun gambaran
tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu. Sedangkan sikap
politik adalah merupakan hubungan atau pertalian diantara keyakinan yang telah
melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu obyek atau situasi
politik dengan cara tertentu. Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi
oleh proses dan peristiwa historis masa lalu dan merupakan kesinambungan yang
dinamis. Peristiwa atau kejadian politik secara umum maupun yang menimpa pada
individu atau kelompok masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau
ketidak stabilan politik, janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil
rakyat yang tidak pernah ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik
masyarakat.[18]
Adapun yang
dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:[19]
a.
Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat /
pemimpin.
b.
Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang
mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi
masyarakat atau (LSM) lembaga swadaya masyarakat.
c.
Ikut serta dalam pesta politik.
d.
Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik
yang berotoritas.
e.
Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
f.
Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya
sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara
baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Selanjutnya perilaku politik juga dibagi menjadi dua, yakni perilaku
politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga
negara biasa (baik induvidu maupun kelompok). Yang pertama bertanggungjawab
membuat, melaksanakan, dan menegakakan keputusan politik, sedangkan yang kedua
tidak berwenang seperti yang pertama tetapi berhak mempengaruhi pihak pertama dalam
pelaksanaan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut
kehidupan pihak kedua.[20]
2.
Teori
Pilihan Rasional (Rational Choice).
Menurut
James S. Coleman adalah Teori pilihan rasional yang memusatkan perhatian
pada aktor dimana aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau
mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya
untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Dalam
hal ini dapat diartikan bahwa dalam teori pilihan rasional, setiap
individu memiliki maksud serta tujuan tertentu dalam tindakannya, sehingga
untuk mencapai tujuan yang dimaksud ia lebih mengedepankan kepentingannya
sendiri dalam menentukan segala hal.[21]
Dalam uraian
lain juga dijelaskan oleh James Bhucanan yang telah melahirkan disiplin ilmu
ekonomi politik karena memasukkan unsur-unsur pertimbangan ekonomis dalam
prilaku para politikus yang kemudian dikenal sebagai "Teori Pilihan
Rasional" (Rational Choice). Dengan makna lain teori ini bisa juga
dikatakan sebagai teori yang berkaitan dengan pendekatan ekonomi karena setiap
pelaku atau actor maupun masyarakat tertentu memberikan pilihan-pilihannya
dalam fenomena politik didasarkan pada cost-bennefit
dimana untung rugi dari apa yang dipilih menjadi prioritas utama dalam memilih.[22]
Misalnya
dalam fenomena politik yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti pemilihan
umum legislatif maupun eksekutif. Ketika seseorang akan memilih kandidat saat
pesta demokrasi berlangsung, ia memiliki pilihan-pilihan tertentu terhadap
seorang pemimpin yang akan ia pilih nanti, pada saat itulah cost-bennefit muncul dalam dirinya. Ia
akan mengetahui resiko serta keuntungan seperti apakah yang kelak ia dapatkan
jika ia memilih kandidat A, atau B, dsb. Jika kandidat A hanya menjanjikan
pemberian sembako gratis dalam kampanyenya, sedangkan kandidat B menjanjikan
pemberian sembako, pelayananan kesehatan gratis, dan memperbaiki infrastuktur
jalan yang ada di daerah sipemilih, maka dalam hal ini ia akan memikirkan
keuntungan mana yang lebih dominan yang akan ia dapatkan dari kandidat. Tentu
saja kandidat B karena banyak memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.[23]
3.
Perilaku
Pemilih
Perilaku
pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang
dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang
perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu yaitu ; Mazhab Colombia dan
Mazhab Michigan. Mazhab Colombia
menekankan pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam
menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu
kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang
teratas. Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh
norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti
agama, kelas ( status sosial ), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap
mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh
karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan suatu
produk dari karakteristik sosial individu yang bersangkutan.[24]
Mazhab
Michigan menekankan pada faktor
psikologis pemilih, artinya penentuan pemilihan masyarakat banyak dipengaruhi
oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya yang merupakan akibat
dari proses sosialisasi politik. Sikap dan perilaku pemilih ditentukan oleh
idealisme, tingkat kecedasan, faktor biologis, keinginan dan kehendak hati.[25]
Ramlan
Surbakti dalam bukunya memahami ilmu politik mengatakan bahwa perilaku politik
itu merupakan suatu kegiatan ataupun aktivitas yang berkenaan ataupun
berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam pembuatan keputusan
politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara periode.[26]
Pemilih
diartikan sebagai pihak atau individu yang menjadi tujuan utama para kontestan
untuk mempengaruhi mereka dan meyakinkan mereka agar mendukung dan memilih
kontestan politik yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini merupakan konstituen
mapun masyarakat pada umumnya. Lomasky di dalam analisis Ramlan Surbakti
menyebutkan bahwa keputusan untuk memilih yang terjadi selama pemilihan umum
merupakan perilaku yang ekspansif ataupun perilaku yang terjadi hanya pada
saat-saat tertentu saja.[27]
Bisa kita tarik kesimpulan bahwa perilaku pemilih yang demikian rupanya hampir
sama dengan perilaku dukungan suporter. Inilah yang menjadi permasalahan ketika
banyaknya pemilih yang cenderung perilaku politiknya termanifestasi pada satu poin tertentu, bisa itu karena adanya suatu
keterkaitan si pemilih dengan si calon atau kandidat. Perilaku pemilih dapat
dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu:[28]
a.
Pendekatan Sosiologis.
Pendekatan ini pada dasarnya
menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh-pengaruh
yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku politik seseorang.
Karakteristik sosial seperti pekerjaan, pendidikan sampai karakteristik
sosiologis seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur dan sebagainya merupakan
bagian-bagian dan faktor-faktor penting dalam menentukan pilihan politik.
Singkat kata pengelompokan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama dan
semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk
pengelompokan seseorang. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat vital dalam
memahami perilaku politik seseorang.
Pendekatan
sosiologis melihat bahwa dalam kelompok-kelompok sosial, terdapat kognisi
sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku dan pilihan tertentu.
Dalam kelompok-kelompok sosial, berlangsung proses sosialisasi. Lingkungan
sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan
norma dalam masyarakat, serta memberikan pengalaman hidup.
b.
Pendekatan Psikologis.
Pendekatan ini menggunakan konsep
psikologis terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku
pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungan dengan perilaku pemilih
kalau ada proses sosialisasinya. Oleh karena itu menurut pendekatan ini
sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku politik seseorang. Oleh
karena itu pilihan seseorang anak yang telah melalui tahap sosialisasi politik
tidak jarang sama dengan pilihan politik orang tuanya. Pendekatan psikologis
menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan
emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi
kepada kandidat.
c.
Pendekatan Rasional.
Dalam konteks pendekatan rasional,
pemilih akan memilih jika ia merasa ada timbal balik yang akan diterimanya.
Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih kandidat yang
sedang bertanding, ia tidak akan mengikuti dan melakukan pilihan pada proses
Pemilu. Hal ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi dan hitung ekonomi.
Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon bupati dan wakil bupati akan
melakukan berbagai promosi dan kampanye yang bertujuan untuk menarik simpati
dan keinginian masyarakat untuk memilih dirinya pada Pilbup.
Perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Untuk memahami faktor pemilih dalam menentukan pilihannya
pertama kita haru memahami bagaimana konteks latar belakang historisnya. Sikap
dan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi
oleh proses dan sejarah masa lalu. Ini dikarenakan budaya politik di indonesia
masih kental akan sejarah dan kebudayaan masa lampau.[29]
Faktor kedua ialah kondisi geografis dan wilayah. Hal ini sangat
berpengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya dalam pemilu,
secara tidak langsung perilaku pemilih banyak ditentukan oleh faktor wilayah.
Oleh karena itu kondisi dan faktor geografis/wilayah menjadi pertimbangan
penting dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Misalnya saja dalam
pengambilan keputusan, peraturan dan kebijakan sampai dalam pemilihan umum. Hal
ini menuntut agar si calon pandai-pandai membuat strateginya dalam kampanye
agar perilaku pemilih cenderung memilih si kandidat tersebut.[30]
F. Metode
Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penulis
mencoba untuk meneliti atau menganalisa dengan mencoba memberikan gambaran dan
penjelasan mengenai kenyataan empiris yang dijadikan objek penelitian.
2.
Penentuan Subjek dan Objek Penelitian
Penetuan
subjek penelitian hendaknya mengunakan suatu kriteria tertentu. Peneliti juga
perlu menjelaskan dari mana ia mulai mengumpulkan data, siapa yang menjadi
informan kunci, penjelasan jika peneliti menambah sampel dan bilamana
penambahan sampel dianggap cukup.[31]
Adapun yang akan menjadi informan disini adalah :
1. Kepala Desa
2. Tim Sukses kandidat
3. Pemilih
Objek penelitian adalah
fokus yang akan dicari jawabannya melalui peneliti. Objek peneliti harus
dirumuskan secara tajam dan jelas sehingga tidak menimbulkan kesalah-pahaman
bagi orang lain. [32]
Adapun informan diatas
adalah mereka yang banyak mengetahui dunia perpolitikan yang terjadi di
Kabupaten Sinjai, khususnya Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai timur,
agar data yang didapatkan lebih valid
atau lebih aktual.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif,
dimana penulis mencoba untuk meneliti atau menganalisa dengan mencoba
memberikan gambaran dan penjelasan mengenai kenyataan empiris yang dijadikan
objek penelitian.
3.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian sosial merupakan kegiatan ilmiah
yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial, yang bertujuan
untuk mempelajari gejala sosial tersebut, dengan jalan menganalisisnya. Selain
itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial tersebut
untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam
gejala yang bersangkutan.[33]
Pada penelitian ini penulis menggunakan
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer didapat dengan
melakukan teknik pengumpulan data melalui:
a. Metode
Wawancara
Wawancara
mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara, dimana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama.[34]
b.
Metode
Observasi
Metode ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.[35]
Dengan tujuan mendapatkan gambaran yang benar tentang suatu gejala sosial atau
peristiwa tertentu yang ada dan terjadi pada suatu lokasi dalam suatu daerah.
Adapun sumber data sekunder diperoleh melalui teknik
pengumpulan data dengan menggunakan:
a.
Metode
Dokumenter
Metode ini adalah salah satu metode
pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Yang pada
intinya metode ini digunakan untuk menelusuri data histori, dan sosial. Yang
sebagian besar fakta data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi, seperti buku-buku, literatur, arsip atau dokumen pemerintah.[36]
b.
Metode
Online
Metode pengumpulan data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media
jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online,
sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi
teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis.[37]
4.
Metode
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah diskriptif
analisis dari hasil wawancara, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis berdasarkan
kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.
G. Sistematika
Pembahasan
Pembahasan
skripsi ini di bagi menjadi empat bab. Masing-masing dirincikan menjadi
beberapa sub bab.
Bab
Pertama berisi pendahuluan yang
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab
Kedua membahas tentang Geografis
Kabupaten Sinjai, gambaran umum pilkada di sinjai.Bab ketiga Hasil Penelitian, pada bab ini akan membahas tentang Expreasi masyarakat
terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai, Perilaku politik masyarakat kecamatan
Sinjai Utara dalam Pilbup, dan Perilaku politik kaum elit di kabupaten Sinjai.
Bab keempat Penutup, yang terdiri dari
kesimpulan, saran, dan kata penutup.
H. Komposisi Bab
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Telaah Pustaka
E. Kerangka Teori
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Pembahasan
H. Komposisi Bab
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak
Geografis Kabupaten Sinjai.
B. Gambaran
umum Pilbup di Kabupaten Sinjai
BAB III: HASIL PENELITIAN
A. Tangapan masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai.
B. Perilaku politik masyarakat kecamatan Sinjai Utara dalam Pilbup.
C. Perilaku politik kaum elit di kabupaten Sinjai.
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
Asfar, M, Pemilu dan Perilaku Memilih
1955-2004. Surabaya: Pustaka Utama. 2004
Aminah,Sitti, Skripsi, Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Islam
Terhadap Pembangunan Karater Anak di SD. Inpres Bertingkat Layang Kacematan
Bontoala Kota Makassa.,Unismuh, 2011.
Budiarjo,
Mariam, Dasar-Dasar Ilmu Politik ,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
.
Bungin, Burhan,Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2009.
Cangara,Hafied,Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan
Strategi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011.
Gatara, A.A. Sahid, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan.
Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Jurdi ,Syarifuddin, Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin.
Makassar:UIN Alauddin,2012.
Maran, Rafael
Raga.Penghantar Sosiologi Politik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Marsuki,
Muhammad Sholeh,Skripsi, Perilaku Politik Praktis Din Syamsuddin dalam Perspektif Khittah
Muhammadiyah,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta, 2009.
Mufti, Muslim. Teori-Teori Politik. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Nasution ,Fera Hariani,Skripsi, Perilaku Pemilih Pada Pemilihan
Gabernur Sumatera Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu Studi Kasus:
di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten Labuhan Batu,Universitas Sumatra
Utara, Medan, 2009.
Soekanto, Soerjono, Penghantar Penelitian Sosial, Jakarta:
UI Press, 1986.
Ramlan, Surbakti, Memahami Ilmu Politik. Jakarta:
Grasindo. 1999
Ritzer,George, Sosiologi
Ilmu Pengetahuan Berparadikma Ganda. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011.
Varma, SP, Teori Politik Modern, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010.
Verawati R. L,Cice,Skripsi, Perilaku
Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara, Universitas Hasanuddin Makassar, 2011.
http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html.diakses
pada tanggal 28 Januari 2013,pukul 13,40.
http://fisipusupolitik.blogspot.com/2012/04/perilaku-politik-studi-deskriptif.html. diakses pada
tanggal 28 januari 2013, pukul 14.25.
http://www.fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-perilaku-politik.html, diakses pada
tanggal 28 januari 2013,pukul 13,05.
http://ninkrukhster.blogspot.com/2012/06/teori-permainan-dan-teori-pilihan.html.
diakses pada tanggal 12 Juni 2013,pukul 12.17.
[1] Hafied Cangara, Komunikasi politik: Konsep, Teori, dan
Strategi.(Cet.ke-3,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2011) hal.165.
[3] Ibid.,hal.210-211.
[4] Ibid.,hal.224.
[5] Syarifuddin Jurdi, Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu
Politik Uin Alauddin.(Makassar:UIN Alauddin,2012) hal.11-12.
[6] Fera
Hariani Nasution,Skripsi, Perilaku
Pemilih Pada Pemilihan Gabernur Sumatera
Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus: di Kelurahan
Bakaran Batu, Kabupaten Labuhan Batu).2009.
[7] Muhammad
Sholeh Marsuki,Skripsi, Perilaku Politik
Praktis Din Syamsuddin dalam Perspektif Khittah Muhammadiyah,2009.
[8] Cice Verawati
R. L,Skipsi, Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu
Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara,2011.
[9] SP.Varma,
Teori Politik Modern.(Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada,2010).
[10] Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik.(Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama 2008).
[11] Rafael Raga
Maran.Penghantar Sosiologi Politik,
Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
[12] Ibid. hal 12.
[13] Masri Singarimbun dan Sofian
Effendi,Metode Penelitian Sosial.
(Jakarta:LP3ES,1998), hal.37.
[14] Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta, PT
Gramedia Pustaka Utama:2008) hal 10.
[15] Muslim Mufti, Teori-Teori Politik. (Bandung: Pustaka
Setia, 2012), hal. 87.
[16] Ibid.
[17]http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html. diakses pada tanggal 28 Januari
2013,pukul 13,05.
[18] Ibid
[19]
http://www.fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-perilaku-politik.html, diakses pada tanggal 28 januari
2013,pukul 13,05.
[20] Surbakti Ramlan, Memahami Ilmu Politik.( Jakarta: Grasindo. 1999). hal 16
[21] http://ninkrukhster.blogspot.com/2012/06/teori-permainan-dan-teori-pilihan.html.
diakses pada tanggal 12 Juni 2013,pukul 12.17.
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html.
diakses pada tanggal 28 Januari 2013,pukul 13,40.
[25] Ibid.
[26] Surbakti Ramlan,Ibid. hal 130
[27] Ibid. hal 106
[28] M Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih
1955-2004. (Surabaya: Pustaka Utama. 2004). hal 137.
[29] http://fisipusupolitik.blogspot.com/2012/04/perilaku-politik-studi-deskriptif.html.
diakses pada
tanggal 28 januari 2013, pukul 14.25.
[30] Ibid.
[31] Syarifuddin Jurdi, Ibid, hal 12
[32] Ibid, hal 12
[33] Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Sosial (Jakarta:UI Press,
1986), hal. 43.
[34]Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 108.
[35] Ibid., hal. 117.
[36] Ibid.,hal 121.
[37] Ibid., hal. 124.