Kamis, 27 Juni 2013

Proposal Skripsi Terbaru


Nama              : Yusof Bin Rosman
Nim                 : 30600109031
Jurusan          : Ilmu Politik
Judul                          : Perilaku Politik dalam Pilbup di Kabupaten Sinjai
(Studi Kasus di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Timur )
 

A.     Latar Belakang
Reformasi telah membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan politik di indonesia, masyarakat sendiri masih mempunyai kapasitas yang relatif rendah untuk bisa melayani segala perubahan tersebut.
Bagi suatu negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi maupun yang sedang membangun proses demokratisasi, partai politik menjadi sarana demokrasi yang bisa berperan sebagai penghubung antara rakyat dan pemerintah.[1]
1
Perpolitikan juga pada saat ini telah membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan perpolitikan di Indonesia yang semakin kian terbuka dan transparan. Setelah orde baru tumbang, kini Indonesia secara dramatis telah melangkah ke tahapan institusionalisasi demokrasi, perubahan-perubahan penting telah banyak terjadi seperti dari segi pranata, legal, dan institusional. Kita telah melaksanakan pemilu legislatif dan pemilihan presiden secara langsung, Suatu ritual demokrasi dimana partisipasi rakyat dibutuhkan dapat dilembagakan secara berkala dan regular.
Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Dalam pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih siapa wakilnya yang layak menduduki parlemen dan struktur pemerintahan. Sistem politik di Indonesia sendiri telah menggunakan hak rakyat dalam pemilihan presiden dan kepala daerah, dimana telah dilaksanakan sembilan tahun yang lalu.
Dalam pemilihan kepala daerah seperti gubernur dan bupati/walikota sejak Indonesia merdeka hanya dipilih melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah setempat, maka menurut ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 harus di lakukan pemilihan langsung.[2]
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) telah jalankan di kabupaten Sinjai, salah satunya adalah pemilihan calon Bupati dan Wakil Bupati yang di laksanakan pemilihan pada bulan Mei 2013, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati (Pilbup) ini diharapkan dapat membawa masyarakat kabupaten Sinjai ke arah yang lebih demokratis. Pesta demokrasi ini sangat dirasakan oleh seluruh masyarakat di kabupaten Sinjai, baik dari desa terpencil maupun kota.
Perubahan konstelasi sistem pemilihan ini menyebabkan semua pihak terutama di kalangan para politisi dan elit daerah harus memasang kuda-kuda dengan baik jika mau ikut bertarung dalam pemilihan pimpinan daerah.[3]
Pemasaran sosial berorientasi pada upaya untuk memasyarakatkan ide-ide sosial terutama dalam hal perubahan perilaku masyarakat untuk menerima pembaruan. Oleh sebab itu, politik yang berisi pemikiran pembaruan seperti demokrasi dan pembentukan suatu sistem pemerintahan yang lebih baik (good governance) dapat digolongkan sebagai produk sosial yang perlu dimasyarakatkan ( disosialisasikan).[4]
Selain itu, perilaku politik seseorang itu bisa berbeda-beda. Beberapa hal yang telah dijelaskan diatas merupakan beberapa bentuk dari perilaku politik individu. Ikut serta dan bergabung dalam partai politik juga merupakan bantuk dari perilaku politik. Hal ini dikarenakan bahwa partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara dan menjalankan kebijakan-kebijakan untuk negara. Perilaku pemilih dalam Pilbup itu sangat penting, dikarenakan apabila pelaksanaan Pilbup itu berjalan sukses, maka tentu saja perilaku pemilih itu sukses juga.
Perilaku politik dan partisipasi politik pemilih merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perilaku politik pemilih merupakan aspek penting dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan suatu pemilihan umum. Di dalam penelitian ini yang ingin ditekankan ialah bagaimana perilaku politik dalam pelaksanaan kampanye, keikutsertaan dalam kepartaian dan juga proses voting ataupun pemberian suara dalam pemilihan umum baik tingkat nasional maupun tingkat lokal.
Fenomena dan keadaan politik jelang diadakannya Pilbup ini, yang sangat nampak adalah “adu strategi” yang di lakukan oleh masing-masing kandidat. Setiap kandidat memiliki strategi khusus dan tersendiri untuk meraih simpati dan dukungan dari para pemilih. Adu strategi yang dimaksud disini adalah suatu persaingan yang dilakukan para kandidat melalui berbagai macam cara, salah satunya mendirikan posko-posko yang diperdiksikan akan menjadi pemenang di daerah tertentu.
Penetapan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan pemenangan secara hati-hati dalam kampanye, sebab jika penetapan strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh akan mengakibat fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga. Selain itu para kandidat juga harus bisa membaca perilaku laku pemilih di suatu daerah tertentu untuk bisa meraih kemenangan di suatu tempat yang menjadi sasaran utama lokasi kemenangan.
Dalam suatu kehidupan bernegara dan juga bermasyarakat, dibutuhkan suatu bentuk partisipasi sebagai wujud dari kebersamaan dan keikutsertaan dalam proses politik tersebut. Partisipasi politik pada dasarnya adalah aspek penting dalam negara demokrasi dan juga menjadi penanda adanya modernisasi politik.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Perilaku Politik dalam Pilbub di Kabupaten Sinjai (Studi Kasus di Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai Timur ).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang perlu mendapat gambarkan yang jelas yaitu :
1.    Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai ?
2.    Bagaimana perilaku politik masyarakat kecamatan sinjai utara dan timur dalam Pilbup periode 2013-2018 ?
3.    Bagaimana perilaku politik kaum elit kecamatan sinjai utara dan timur dalam Pilbup periode 2013-2018  ?
C.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang akurat sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui expreasi masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai.
2.      Untuk mengetahui perilaku politik masyarakat di kabupaten Sinjai dalam Pilbup.
3.      Untuk mengetahui perilaku politik kaum elit kecamatan sinjai utara dan timur dalam Pilbup periode 2013-2018.
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :
1.     Akedemis
a.       Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan teori ilmu politik, khususnya perilaku politik.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman untuk peneliti selanjutnya.


2.    Praktis
a.       Penelitian ini diharapkan dapat memperjelas tentang perilaku politik dalam pembangunan perpolitikan di Indonesia.
b.      Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman para aktor politik tentang perilaku politik yang terjadi di Indonesia khususnya kabupaten Sinjai.
D.    Telaah Pustaka
Telaah pustaka memuat hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, dengan maksud untuk menghindari duplikasi. Di samping itu, untuk menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama serta menjelaskan posisi penelitian  yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dengan kata lain, tinjauan pustaka bertujuan untuk meletakkan posisi penelitian diantara penelitian-penelitian yang telah ada.[5]
Studi tentang perilaku politik sudah banyak diterbitkan dan ditemukan, namun sampai saat ini belum ada yang membahas tetang perilaku politik dalam Pilbup di kabupaten Sinjai. Selain itu, lokasi dan tempat penelitian berbeda dengan skripsi-skripsi yang telah ada. Adapun beberapa buku referensi dan karya ilmiah yang berkaitan dengan perilaku politik adalah:
Fera Hariani Nasution[6], dari skripsinya yang berjudul “Perilaku Pemilih  Pada Pemilihan Gabernur Sumatera Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus: di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten Labuhan Batu”, dari Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsinya mengatakan dalam Pilkada secara langsung di Kabupaten Labuhan Batu khususnya Bakaran Batu berlangsung dengan sportiv, masyarakat kelurahan Bakaran Batu tidak terpengaruh dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Politik Uang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Fera Hariani Nasution menunjukan bahwa dalam Pilkada secara langsung di Kabupaten Labuhan Batu Kelurahan Bakaran Batu, terdapat hubungan yang cukup kuat antara orientasi kandidat dan orentasi isu dengan perilaku pemilih.
Muhammad Sholeh Marsuki,[7] dalam skripsinya berjudul Perilaku Politik Praktis Din Syamsuddin dalam Perspektif Khittah Muhammadiyah, dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Muhammad Sholeh Marsuki mengatakan bahwa Perilaku politik praktis yang telah dilakukan oleh Din Syamsuddin adalah merupakan peran induvidu, yang sangat terkait erat dengan kelembagaan yang dipimpinnya yaitu Muhammadiyah. Muhammadiah secara jelas menolak perilaku politik praktis yang dilakukan oleh kadernya yang membawa nama Muhammadiyah kedalam ranah politik praktis. Kittah Muhammadiayah yang dirumuskan dalam berbagai format sejak tahun 1956-2002 merupakan formulasi dari posisi dan peran Muhammadiyah yang sejak awal kelahirannya hingga perkembangannya merupakan organisasi yang bergerak dibidang dakwah dan bukan bergerak dalam wilayah politik praktis.
Cice Verawati R. L.[8] Dalam skripsinya yang berjudul “Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara” dari Universitas Hasanuddin Makassar, mengatakan perilaku politik perempuan dalam hal ini pilihan politik perempuan, kerangka konseptual dimasukkan teori pilihan rasional serta pendekatan sosiologis dan psikologis dalam melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan politik perempuan. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemilihan legislatif tahun 2009 di Kabupaten Kolaka Utara, kondisi tiap perempuan tidaklah sama. Terdapat perempuan yang menggunakan hak pilihnya berdasarkan informasi dan rasionalitas. Selain itu terdapat pula perempuan yang menggunakan hak pilihnya tapi memiliki informasi yang sangat minim terhadap pemilihan ini. Pilihan politik perempuan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, proses sosialisasi dan kepentingan juga mempengaruhi pilihan politik perempuan.
SP.Varma[9] dalam bukunya yang berjudul Teori Politik Modern (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2010) dalam buku ini beliau secara kritis menyoroti berbagai pernyataan teori politik kontenporer, menafsirkan secara menyeluruh apa yang dicapai dan memberi batasan terhadap “Revolusi Behavioral” serta meninjau secara objektif sejumlah paradikma utama dan kerangka konseptual yang diambil dari disiplin lain. Di samping itu, ia juga  melacak berbagai segi menonjol dari elaborasi model-model yang diketengahkan para ilmuwan politik terkemuka di berbagai tempat. Premis-premis utama mereka dibedah, sehingga pertalian intelektual dalam karya mereka mencuat dengan jelas.
Mariam Budiardjo[10] Dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik, membahas tentang konsep-konsep seperti politik, kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Mariam Budiardjo juga berpendapat dalam bukunya bahwa ilmu politik adalah ilmu yang dinamis dan berubah secara cepat, dikarenakan objek studi dari ilmu ini adalah manusia. Manusia adalah makhluk cerdas yang banyak melakukan terobosan baru dan perubahan yangg terkadang tidak dapat dipetakan dalam suatu ilmu eksak, mengingat manusia, dalam cakupan sosial, budaya, politik, dan banyak aspek lainya, akan selalu berkembang seiring berlalunya waktu.
Oleh karena Ilmu politik adalah ilmu yang dinamis, banyak perumusan general didasari oleh identifikasi pola-pola ulangan (recurrent patterns). Suatu identifikasi yang dilakukan para ahli dengan menengok kepada berjalannya peristiwa-peristiwa politik yang terjadi di masa lalu dan memiliki pola yang cenderung berulang. Sehingga dapat memberikan dasra perkiraan tentang apa yang kemungkinan terjadi pada dunia politik di masa depan. Siklus tersebut dapat ditentukan dengan melihat pola-pola yang terjadi di dalam sejarah.
Pola yang juga kerap kali dilakukan oleh para ahli adalah pendekatan tingkah laku (behavioral approach). Sebuah pendekatan yang megacu pada pengalaman empiris sesuai dengan kerangka teoritis yang terperinci dan ketat. Pendapat dan teori para ahli harus sangat diperhatikan dalam perumusan ini, dengan banyak melihat ranah teori-teori yang telah lama ada, sehingga identifikasi ilmu akan semakin jelas dan lengkap.
Rafael Raga Maran[11] dalam bukunya yang berjudul Penghantar Sosiologi Politik, Rafael dalam bukunya mengatakan Sosiologi Politik adalah Salah satu cabang dari sosiologi, yang mempelajari dimensi sosial dari politik. Karena terdiri dari dua kata- Sosiologi dan Politik- yang masing-masing mengacu pada bidang kajian tertentu, maka baiklah pengertian kedua kata itu terlebih dahulu diperhatikan.[12] Selain itu, dalam bukunya juga melakukan kajian atas problema-problema sosial politik yang bertolak dari eksistensi manusia sebagai individu yang memasyarakat dan menegara. Sosiologi politik juga selalu memfokuskan perhatian pada pengaruh kelompok sosial tertentu atau masyarakat terhadap kebijakan publik oleh pemerintahan atau terhadap norma-norma rezim. Dalam buku ini juga mengkaji tentang gerakan sosial dan partai politik, tipe sistem poltik, perubahan politik dan konflik, sosialisasi dan partisipasi politik, komunikasi politik integrasi nasional serta negara dan kekuasaan politik.
Sebenarnya masih banyak pustaka yang belum disebut disini, terutama pustaka yang membahas tentang perilaku politik secara umum. Namun yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang akan difokuskan dalam penelitian ini, kiranya sudah memadai, sungguh demikian pustaka yang disebut diatas jelas belum ada yang khusus membicarakan perilaku politik dalam Pilbup.

E.     Kerangka Teori
Bagian ini merupakan unsur yang paling penting dalam penelitian, karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang diamati dengan mengunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya.
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi dalam buku Metode Penelitian Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.[13]
1.        Perilaku Politik (behavioralis)
Pendekatan perilaku sendiri muncul dan berkembang dalam masa sesudah Perang Dunia II. Gerakan ini terpengaruh oleh karya-karya sarjana sosialogi Max Weber dan Talcott Parsons, di samping penemuan-penemuan baru di bidang psikologi. Para sarjana ilmu politik yang terkenal karena pendekatan perilaku politik ini adalah Gabriel A. Almond (structural functional analysis), David Easton (general systems analysis), Karl W. Deutsch (communications theory), David Truman, Robert Dahl, dan sebagainya. Salah satu pemikiran pokok dari para pelopor pendekatan perilaku adalah bahwa perilaku politik, atau kekuasaan, atau keyakinan politik. [14]
Harold d. Lasswell yang dikutip oleh S.P. Varma, memberikan catatan penting mengenai perilaku politik yaitu:[15] Pertama, perilaku politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan. Nilai dan tujuan dibentuk dalam proses perilaku politik, yang sesungguhnya merupakan suatu bagian. Kedua, perilaku politik bertujuan menjangkau masa depan, bersifat mengantisipasi, berhubungan dengan masa lampau, dan senantiasa memerhatikan kejadian masa lalu.
Dari dua catatan perilaku politik tersebut, jelas bahwa perilaku politik memiliki dimensi orientasi, dimensi nilai, dandimensi waktu. Dimensi orientasi menunjukkan harapan-harapan individu atau kelompok yang hendak dicapai; dimensi nilai lebih menunjukkan suatu hal, baik abstrak maupun konkret yang diperbuat, dirumuskan, dilaksanakan, dan diperebutkan; sedangkan dimensi waktu menunjukkan adanya keterkaitan langsung antara perilaku politik sekarang, latar belakang perilaku politik sebelumnya, serta berhubungan langsung dengan perilaku politik yang akan berkembang pada masa akan datang. Dari ketiga dimensi tersebut, dimensi orientasi dan nilai lebih baiak menunjukkan bahwa perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.[16]
Selain itu, perilaku politik juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Selain itu perilaku politik adalah  tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam kegiatan politik, mengemukakan bahwa perilaku politik adalah sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan keputusan politik.
Perilaku politik merupakan salah unsur atau aspek perilaku secara umum, disamping perilaku politik, masih terdapat perilaku-perilaku lain seperti perilaku organisasi, perilaku budaya, perilaku konsumen/ekonomi, perilaku keagamaan dan lain sebagainya.[17]
Perilaku politik  meliputi tanggapan internal seperti persepsi, sikap, orientasi dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata seperti pemberian suara, protes, lobi dan sebagainya. Persepsi politik berkaitan dengan gambaran suatu obyek tertentu, baik mengenai keterangan, informasi dari sesuatu hal, maupun gambaran tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu. Sedangkan sikap politik adalah merupakan hubungan atau pertalian diantara keyakinan yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu obyek atau situasi politik dengan cara tertentu.  Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa historis masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis. Peristiwa atau kejadian politik secara umum maupun yang menimpa pada individu atau kelompok masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau ketidak stabilan politik, janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang tidak pernah ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik masyarakat.[18]
Adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:[19]
a.         Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin.
b.        Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau (LSM) lembaga swadaya masyarakat.
c.         Ikut serta dalam pesta politik.
d.        Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas.
e.         Berhak untuk menjadi pimpinan politik.
f.         Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku.
Selanjutnya perilaku politik juga dibagi menjadi dua, yakni perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah, dan perilaku politik warga negara biasa (baik induvidu maupun kelompok). Yang pertama bertanggungjawab membuat, melaksanakan, dan menegakakan keputusan politik, sedangkan yang kedua tidak berwenang seperti yang pertama tetapi berhak mempengaruhi pihak pertama dalam pelaksanaan fungsinya karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut kehidupan pihak kedua.[20]
2.        Teori Pilihan Rasional (Rational Choice).
Menurut James S. Coleman adalah  Teori pilihan rasional yang memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktorpun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa dalam  teori pilihan rasional, setiap individu memiliki maksud serta tujuan tertentu dalam tindakannya, sehingga untuk mencapai tujuan yang dimaksud ia lebih mengedepankan kepentingannya sendiri dalam menentukan  segala hal.[21]
Dalam uraian lain juga dijelaskan oleh James Bhucanan yang telah melahirkan disiplin ilmu ekonomi politik karena memasukkan unsur-unsur pertimbangan ekonomis dalam prilaku para politikus yang kemudian dikenal sebagai "Teori Pilihan Rasional" (Rational Choice). Dengan makna lain teori ini bisa juga dikatakan sebagai teori yang berkaitan dengan pendekatan ekonomi karena setiap pelaku atau actor maupun masyarakat tertentu memberikan pilihan-pilihannya dalam fenomena politik didasarkan pada cost-bennefit dimana untung rugi dari apa yang dipilih menjadi prioritas utama dalam memilih.[22]
Misalnya dalam fenomena politik yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti pemilihan umum legislatif maupun eksekutif. Ketika seseorang akan memilih kandidat saat pesta demokrasi berlangsung, ia memiliki pilihan-pilihan tertentu terhadap seorang pemimpin yang akan ia pilih nanti, pada saat itulah cost-bennefit muncul dalam dirinya. Ia akan mengetahui resiko serta keuntungan seperti apakah yang kelak ia dapatkan jika ia memilih kandidat A, atau B, dsb. Jika kandidat A hanya menjanjikan pemberian sembako gratis dalam kampanyenya, sedangkan kandidat B menjanjikan pemberian sembako, pelayananan kesehatan gratis, dan memperbaiki infrastuktur jalan yang ada di daerah sipemilih, maka dalam hal ini ia akan memikirkan keuntungan mana yang lebih dominan yang akan ia dapatkan dari kandidat. Tentu saja kandidat B karena banyak memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.[23]
3.        Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok.  Secara umum teori tentang perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu yaitu ; Mazhab Colombia dan Mazhab Michigan. Mazhab Colombia menekankan pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas ( status sosial ), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan suatu produk dari karakteristik sosial individu yang bersangkutan.[24]
Mazhab Michigan menekankan pada faktor psikologis pemilih, artinya penentuan pemilihan masyarakat banyak dipengaruhi oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya yang merupakan akibat dari proses sosialisasi politik. Sikap dan perilaku pemilih ditentukan oleh idealisme, tingkat kecedasan, faktor biologis, keinginan dan kehendak hati.[25]
Ramlan Surbakti dalam bukunya memahami ilmu politik mengatakan bahwa perilaku politik itu merupakan suatu kegiatan ataupun aktivitas yang berkenaan ataupun berhubungan langsung dengan proses politik, baik itu dalam pembuatan keputusan politik sampai kepada pelaksanaan aktivitas politik secara periode.[26]
Pemilih diartikan sebagai pihak atau individu yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mempengaruhi mereka dan meyakinkan mereka agar mendukung dan memilih kontestan politik yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini merupakan konstituen mapun masyarakat pada umumnya. Lomasky di dalam analisis Ramlan Surbakti menyebutkan bahwa keputusan untuk memilih yang terjadi selama pemilihan umum merupakan perilaku yang ekspansif ataupun perilaku yang terjadi hanya pada saat-saat tertentu saja.[27] Bisa kita tarik kesimpulan bahwa perilaku pemilih yang demikian rupanya hampir sama dengan perilaku dukungan suporter. Inilah yang menjadi permasalahan ketika banyaknya pemilih yang cenderung perilaku politiknya termanifestasi pada satu poin tertentu, bisa itu karena adanya suatu keterkaitan si pemilih dengan si calon atau kandidat. Perilaku pemilih dapat dianalisis dengan tiga pendekatan yaitu:[28]
a.       Pendekatan Sosiologis.
Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh-pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku politik seseorang. Karakteristik sosial seperti pekerjaan, pendidikan sampai karakteristik sosiologis seperti agama, wilayah, jenis kelamin, umur dan sebagainya merupakan bagian-bagian dan faktor-faktor penting dalam menentukan pilihan politik. Singkat kata pengelompokan sosial seperti umur, jenis kelamin, agama dan semacamnya dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk pengelompokan seseorang. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik seseorang.
Pendekatan sosiologis melihat bahwa dalam kelompok-kelompok sosial, terdapat kognisi sosial tertentu yang pada akhirnya bermuara pada perilaku dan pilihan tertentu. Dalam kelompok-kelompok sosial, berlangsung proses sosialisasi. Lingkungan sosial memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma dalam masyarakat, serta memberikan pengalaman hidup.
b.      Pendekatan Psikologis.
Pendekatan ini menggunakan konsep psikologis terutama konsep sosialisasi dan sikap untuk menjelaskan perilaku pemilih. Variabel-variabel itu tidak dapat dihubungan dengan perilaku pemilih kalau ada proses sosialisasinya. Oleh karena itu menurut pendekatan ini sosialisasilah sebenarnya yang menetukan perilaku politik seseorang. Oleh karena itu pilihan seseorang anak yang telah melalui tahap sosialisasi politik tidak jarang sama dengan pilihan politik orang tuanya. Pendekatan psikologis menekankan pada tiga aspek psikologis sebagai kajian utama yaitu ikatan emosional pada suatu partai politik, orientasi terhadap isu-isu dan orientasi kepada kandidat.
c.       Pendekatan Rasional.
Dalam konteks pendekatan rasional, pemilih akan memilih jika ia merasa ada timbal balik yang akan diterimanya. Ketika pemilih merasa tidak mendapatkan faedah dengan memilih kandidat yang sedang bertanding, ia tidak akan mengikuti dan melakukan pilihan pada proses Pemilu. Hal ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi dan hitung ekonomi. Pendekatan ini juga mengandaikan bahwa calon bupati dan wakil bupati akan melakukan berbagai promosi dan kampanye yang bertujuan untuk menarik simpati dan keinginian masyarakat untuk memilih dirinya pada Pilbup.
Perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Untuk memahami faktor pemilih dalam menentukan pilihannya pertama kita haru memahami bagaimana konteks latar belakang historisnya. Sikap dan perilaku pemilih dalam menentukan pilihan politiknya banyak dipengaruhi oleh proses dan sejarah masa lalu. Ini dikarenakan budaya politik di indonesia masih kental akan sejarah dan kebudayaan masa lampau.[29]
Faktor kedua ialah kondisi geografis dan wilayah. Hal ini sangat berpengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya dalam pemilu, secara tidak langsung perilaku pemilih banyak ditentukan oleh faktor wilayah. Oleh karena itu kondisi dan faktor geografis/wilayah menjadi pertimbangan penting dalam mempengaruhi perilaku politik seseorang. Misalnya saja dalam pengambilan keputusan, peraturan dan kebijakan sampai dalam pemilihan umum. Hal ini menuntut agar si calon pandai-pandai membuat strateginya dalam kampanye agar perilaku pemilih cenderung memilih si kandidat tersebut.[30]


F.       Metode Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penulis mencoba untuk meneliti atau menganalisa dengan mencoba memberikan gambaran dan penjelasan mengenai kenyataan empiris yang dijadikan objek penelitian.
2.      Penentuan Subjek dan Objek Penelitian
Penetuan subjek penelitian hendaknya mengunakan suatu kriteria tertentu. Peneliti juga perlu menjelaskan dari mana ia mulai mengumpulkan data, siapa yang menjadi informan kunci, penjelasan jika peneliti menambah sampel dan bilamana penambahan sampel dianggap cukup.[31]
Adapun yang akan menjadi informan disini adalah :
1.    Kepala Desa
2.    Tim Sukses kandidat
3.    Pemilih
Objek penelitian adalah fokus yang akan dicari jawabannya melalui peneliti. Objek peneliti harus dirumuskan secara tajam dan jelas sehingga tidak menimbulkan kesalah-pahaman bagi orang lain. [32]
Adapun informan diatas adalah mereka yang banyak mengetahui dunia perpolitikan yang terjadi di Kabupaten Sinjai, khususnya Kecamatan Sinjai Utara dan Kecamatan Sinjai timur, agar data yang didapatkan lebih valid atau lebih aktual.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dimana penulis mencoba untuk meneliti atau menganalisa dengan mencoba memberikan gambaran dan penjelasan mengenai kenyataan empiris yang dijadikan objek penelitian.
3.      Metode Pengumpulan Data
Penelitian sosial merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala sosial, yang bertujuan untuk mempelajari gejala sosial tersebut, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta sosial tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan.[33]
Pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer didapat dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui:
a.       Metode Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.[34]
b.      Metode Observasi
Metode ini adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk  menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.[35] Dengan tujuan mendapatkan gambaran yang benar tentang suatu gejala sosial atau peristiwa tertentu yang ada dan terjadi pada suatu lokasi dalam suatu daerah.
Adapun sumber data sekunder diperoleh melalui teknik pengumpulan data dengan menggunakan:
a.       Metode Dokumenter
Metode ini adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metode penelitian sosial. Yang pada intinya metode ini digunakan untuk menelusuri data histori, dan sosial. Yang sebagian besar fakta data sosial tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, seperti buku-buku, literatur, arsip atau dokumen pemerintah.[36]       
b.      Metode Online
Metode pengumpulan data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.[37]
4.      Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah diskriptif analisis dari hasil wawancara, peneliti akan mendeskripsikan dan menganalisis berdasarkan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini.
G.    Sistematika Pembahasan
Pembahasan skripsi ini di bagi menjadi empat bab. Masing-masing dirincikan menjadi beberapa sub bab.
Bab Pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua membahas tentang Geografis Kabupaten Sinjai, gambaran umum pilkada di sinjai.Bab ketiga Hasil Penelitian, pada bab ini akan membahas tentang  Expreasi masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai, Perilaku politik masyarakat kecamatan Sinjai Utara dalam Pilbup, dan Perilaku politik kaum elit di kabupaten Sinjai.
Bab keempat Penutup, yang terdiri dari kesimpulan, saran, dan kata penutup.


H.    Komposisi Bab
BAB I: PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D.    Telaah Pustaka
E.     Kerangka Teori
F.      Metode Penelitian
G.    Sistematika Pembahasan
H.    Komposisi Bab
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.    Letak Geografis Kabupaten Sinjai.
B.     Gambaran umum Pilbup di Kabupaten Sinjai
BAB III: HASIL PENELITIAN
A.    Tangapan masyarakat terhadap Pilbup di kabupaten Sinjai.
B.     Perilaku politik masyarakat kecamatan Sinjai Utara dalam Pilbup.
C.     Perilaku politik kaum elit di kabupaten Sinjai.
BAB IV: PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-Saran
C.     Penutup


DAFTAR PUSTAKA
 Asfar, M, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. Surabaya: Pustaka Utama. 2004
Aminah,Sitti, Skripsi, Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Islam Terhadap Pembangunan Karater Anak di SD. Inpres Bertingkat Layang Kacematan Bontoala Kota Makassa.,Unismuh, 2011.
Budiarjo, Mariam, Dasar-Dasar Ilmu Politik , Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
.
Bungin, Burhan,Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2009.
Cangara,Hafied,Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011.
Gatara, A.A. Sahid, Ilmu Politik Memahami dan Menerapkan. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Jurdi ,Syarifuddin, Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin. Makassar:UIN Alauddin,2012.
Maran, Rafael Raga.Penghantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta,  2001.
Marsuki, Muhammad Sholeh,Skripsi, Perilaku Politik Praktis Din Syamsuddin dalam Perspektif Khittah Muhammadiyah,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta, 2009.

Mufti, Muslim. Teori-Teori Politik. Bandung: Pustaka Setia,  2012.
Nasution ,Fera Hariani,Skripsi, Perilaku Pemilih  Pada Pemilihan Gabernur Sumatera Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu Studi Kasus: di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten Labuhan Batu,Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009.

Soekanto, Soerjono, Penghantar Penelitian Sosial, Jakarta: UI Press, 1986.

Ramlan, Surbakti, Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. 1999

Ritzer,George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadikma Ganda. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2011.

Varma, SP, Teori Politik Modern, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.

Verawati R. L,Cice,Skripsi, Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara, Universitas Hasanuddin Makassar, 2011.
http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html.diakses pada tanggal 28 Januari 2013,pukul 13,40.
http://www.fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-perilaku-politik.html, diakses pada tanggal 28 januari 2013,pukul 13,05.
http://ninkrukhster.blogspot.com/2012/06/teori-permainan-dan-teori-pilihan.html. diakses pada tanggal 12 Juni 2013,pukul 12.17.


[1] Hafied Cangara, Komunikasi politik: Konsep, Teori, dan Strategi.(Cet.ke-3,Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2011) hal.165.

[2]Ibid.,hal.210.
[3] Ibid.,hal.210-211.
[4] Ibid.,hal.224.
[5] Syarifuddin Jurdi, Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Ilmu Politik Uin Alauddin.(Makassar:UIN Alauddin,2012) hal.11-12.
[6] Fera Hariani Nasution,Skripsi, Perilaku Pemilih  Pada Pemilihan Gabernur Sumatera Utara Secara Langsung di Kabupaten Labuhan Batu (Studi Kasus: di Kelurahan Bakaran Batu, Kabupaten Labuhan Batu).2009.
[7] Muhammad Sholeh Marsuki,Skripsi, Perilaku Politik Praktis Din Syamsuddin dalam Perspektif Khittah Muhammadiyah,2009.
[8] Cice Verawati R. L,Skipsi, Perilaku Pemilih Perempuan Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Di Kabupaten Kolaka Utara,2011.
[9] SP.Varma, Teori Politik Modern.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2010).
[10] Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik.(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2008).
[11] Rafael Raga Maran.Penghantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta,  2001.
[12] Ibid. hal 12.
[13] Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,Metode Penelitian Sosial. (Jakarta:LP3ES,1998), hal.37.
[14] Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:2008) hal 10.
[15] Muslim Mufti, Teori-Teori Politik. (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 87.
[16] Ibid.
[17]http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html. diakses pada tanggal 28 Januari 2013,pukul 13,05.
[18] Ibid
[19] http://www.fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-perilaku-politik.html, diakses pada tanggal 28 januari 2013,pukul 13,05.
[20] Surbakti Ramlan, Memahami Ilmu Politik.( Jakarta: Grasindo. 1999). hal 16
[21] http://ninkrukhster.blogspot.com/2012/06/teori-permainan-dan-teori-pilihan.html. diakses pada tanggal 12 Juni 2013,pukul 12.17.
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] http://edikusmayadi.blogspot.com/2011/04/perilaku-politikpemilih.html. diakses pada tanggal 28 Januari 2013,pukul 13,40.
[25] Ibid.
[26] Surbakti Ramlan,Ibid. hal 130
[27] Ibid. hal 106
[28] M  Asfar, Pemilu dan Perilaku Memilih 1955-2004. (Surabaya: Pustaka Utama. 2004). hal 137.
[30] Ibid.
[31] Syarifuddin Jurdi, Ibid, hal 12
[32] Ibid, hal 12
[33] Soerjono Soekanto,  Pengantar Penelitian Sosial  (Jakarta:UI Press, 1986),  hal. 43.
[34]Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif  (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 108.
[35] Ibid., hal. 117.
[36] Ibid.,hal 121.
[37] Ibid., hal. 124.